CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Jumat, 12 Juni 2009

Karya Tulis " Keagungan dan Kemukjizatan Al-Qur'an sebagai Pedoman Hidup"

KATA PENGANTAR


Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “ Keagungan dan KemukjizatanAl-Qur’an sebagai Pedoman Hidup” dengan baik.
Karya ilmiah ini tidak dapat penulis selesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
1. Drs. M. Nasor, MM. sebagai kepala SMA N 1 Kraksaan.
2. Hj.Wiwik Herawati, Spd. sebagai guru mata pelajaran bahasa Indonesia yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini.
3. Sulhadi sebagai penjaga perpustakaan SMAN 1 Kraksaan yang telah bersedia meminjamkan buku yang penulis butuhkan.
Suatu pekerjaan tentunya memiliki suatu harapan agar pekerjaan tersebut dapat memuaskan. Begitu pula dengan pembuatan karya tulis ini. Penulis berharap semoga karya tulis ini dapat memberi manfaat yang besar kepada para pembaca.
Kesalahan dan kekurang sempurnaan selalu ada pada setiap pekerjaan manusia. Begitu pula dalam pembuatan karya tulis ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi sempurnanya dari karya tulis ini.




Kraksaan, Mei 2009
Penulis


Daftar Isi

Kata Pengantar……………………………………………………………………………………….
Daftar Isi…………………………………………………………………………………………….
Bab I : Pendahuluan
I.1 Latar Belakang……………………………………………………………………
I.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………
I.3 Tujuan…………………………………………………………………………………
I.4 Manfaat……………………………………………………………………………….
Bab II : Pembahasan………………………………………………………………………………….
II.1 Al-Qur’an……………………………………………………………………………..
II.1.1. Definisi Al-Qur’an…………………………………………………………
II.1.2. Keutamaan Al-Qur’an……………………………………………………….
II.1.3. Nama-nama Al-Qur’an dan Dasar-dasar Pemberian Nama Al-Qur’an…….
II.2 Keagungan Al-Qur’an………………………………………………………………..
II.2.1. Fungsi dan Kedudukan Al-Qur’an……………………………………….
II.2.2. Keindahan Al-Qur’an………………………………………………………..
II.3 Kemukjizatan AL-Qur’an……………………………………………………………
II.3.1. Al-Qur’an, sebuah Kitab Universal…………………………………………
II.3.2. Al-Qur’an, sebuah Kitab yang Sempurna…………………………………..
II.3.3. Al-Qur’an, sebuah Kitab yang Abadi……………………………………….
II.3.4. Al-Qur’an, Mandiri dalam Penalarannya……………………………………..
II.3.5. Al-Qur’an, Memiliki Arti Lahir dan Batin…………………………………….
Bab III : Penutup
III.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………..
III.2 Saran…………………………………………………………………………………
Daftar Pustaka……………………………………………………………………………………….


BAB. I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Seiring perkembangan zaman diera globalisasi banyak paham-paham (pemikiran) yang berkembang dikalangan umat manusia. Seperti pemikiran liberal (bebas) yang sangat bertentangan dengan Islam, sehingga pemikiran tersebut telah mengubah pola pikir manusia dalam berbagai aktivitas kehidupan yang dijalani. Akibatnya dari pemikiran-pemikiran tersebut yang digunakan sebagai pedoman hidup oleh manusia timbul kekacauan di mana-mana. Hal ini dikarenakan semuanya menjadi bebas untuk dilakukan asalkan pekerjaan tersebut dapat memuaskan dan menyenangkan bagi manusia yang menganut paham tersebut. Sebagai umat muslim, Al Quran adalah pedoman tetap yang tidak dapat di gantikan oleh apapun juga. Al Quran sebagai kitab suci umat Islam yang bernilai Robbani memiliki kandungan yang sangat menyeluruh dan berlaku sepanjang masa bagi seluruh umat manusia. yang akan memberikan petunjuk bagi seluruh manusia yang beriman kepada Allah swt dan Al Quran, sehingga tidak akan salah dan tersesat dalam menjalani kehidupan di dunia yang fana ini.
Dari uraian tersebut penulis mencoba untuk mengulas tentang pentingnya Al-Qur’an sebagai pedoman hidup dalam kehidupan sehari-hari, sehingga umat manusia tidak akan tersesat dalam menjalani kehidupan yang fana ini.

1.2. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Al-Qur’an?
2. Bagaimana keutamaan-keutamaan dari Al-Qur’an?
3. Apa saja nama-nama Al-Qur’an serta Apa dasar pemberian nama tersebut?
4. Bagaimana fungsi dan kedudukan serta keindahan Al-Qur’an?
5. Apa saja bentuk-bentuk kemukjizatan Al-Qur’an?
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah yang didapatkan diperoleh tujuan-tujuan dari karya tulis ini sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui definisi Al-Qur’an
2. Untuk mengetahui keutamaan-keutamaan dari Al-Qur’an
3. Untuk mengetahui nama-nama Al-Qur’an serta dasar pemberian nama tersebut
4. Untuk mengetahui fungsi dan kedudukan serta keindahan Al-Qur’an
5. Untuk mengetahui bentuk-bentuk kemukjizatan Al-Qur’an

1.4 Manfaat
Dari tujuan yang penulis paparkan didapatkan manfaat sebagai berikut.
1. Mengetahui definisi Al-Qur’an
2. Mengetahui keutamaan-keutamaan dari Al-Qur’an
3. Mengetahui nama-nama Al-Qur’an serta dasar pemberian nama
4. Mengetahui fungsi dan kedudukan serta keindahan Al-Qur’an
5. Mengetahui bentuk-bentuk kemukjizatan Al-Qur’an


1.5 Metode
Metode yang digunakan penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini adalah kajian pustaka, yaitu mencari sumber informasi dari buku-buku yang akan ditelaah dalam sebuah pembahasan.



BAB. II
PEMBAHASAN

2.1. Pengetahuan tentang Al-Qur’an

2.1.1 Definisi Al-Qur’an
Secara Bahasa (Etimologi)
Merupakan mashdar (kata benda) dari kata kerja Qoro-’a (قرأ) yang bermakna Talaa (تلا) [keduanya berarti: membaca], atau bermakna Jama’a (mengumpulkan, mengoleksi). Anda dapat menuturkan, Qoro-’a Qor’an Wa Qur’aanan (قرأ قرءا وقرآنا) sama seperti anda menuturkan, Ghofaro Ghafran Wa Qhufroonan (غفر غفرا وغفرانا). Berdasarkan makna pertama (Yakni: Talaa) maka ia adalah mashdar (kata benda) yang semakna dengan Ism Maf’uul, artinya Matluw (yang dibaca). Sedangkan berdasarkan makna kedua (Yakni: Jama’a) maka ia adalah mashdar dari Ism Faa’il, artinya Jaami’ (Pengumpul, Pengoleksi) karena ia mengumpulkan/mengoleksi berita-berita dan hukum-hukum.*
Secara Syari’at (Terminologi)
Al-Qur’an adalah kalam Allah yang bernilai mukjizat, yang diturunkan kepada “pungkasan” para nabi dan Rasul, dengan perantaraan malaikat Jibril yang tertulis pada mashahif. Diriwayatkan kepada kita dengan mutawatir. Membacanya terhitung ibadah. Diawali dengan surat Al-Fatihah dan ditutup dengan surat An-Naas.

2.1.2 Keutamaan Al-Qur’an
Banyak ayat dan hadist Nabi yang menerangkan keutamaan-keutamaan Al-Qur’an dan ilmu-ilmunya, baik yang berhubungan dengan belajar mengajar maupun membacadan menghafalkannya. Banyak pula ayat yang mengajak kaum mukminin untuk memikirkan dan menggunakan hukum-hukum Kitabullah, dan menyuruh diam dan mendengarkan sewaktu dibacanya.
Berikut ini beberapa fadhilah atau ketuamaan melaksanakan, membaca dan membaguskan suara ketika membacanya.


• Fadhilah Orang Yang Melaksanakan Ajaran Al Quran .
Dari Ibnu Umar radhiyallahu `anhu dari Nabi shallallahu `alaihi wasallam , ia bersabda : “Tidak dibenarkan iri hati kecuali kepada dua orang; seorang lelaki yang dikaruniai Allah hapalan Al Qur’an maka ia membacanya sepanjang malam dan siang, dan seorang lelaki yang diberi Allah harta lalu ia menginfakkannya sepanjang malam dan siang”. Muttafaq ’alaih.

• Fadhilah Membaguskan Suara Saat Membaca Al Quran .
Dari Abu Huraira radhiyallahu `anhu, ia berkata : “Aku mendengar Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam bersabda : “Allah tidak mendengar sesuatu seperti Ia mendengar seorang nabi yang bersuara bagus melantunkan Al Qur’an dengan nyaring”. Muttafaq ’alaih.

• Fadhilah Surat Al Fatihah.
Dari Raafi’ bin Al Mu’ala radhiyallahu `anhu , ia berkata : “Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau mengatakan “Aku mengajarimu surat yang paling agung dalam Al Qur’an”, ia bersabda :
الحمد لله رب العالمين
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam”, surat ini adalah tujuh ayat yang diulang-ulang dan surat Al Qur’an yang agung yang diwahyukan kepadaku”. HR. Bukhari.

• Wasiat Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam .
Dari Thalhah , ia berkata : " aku bertanya kepada Abdullah bin Abi Aufa," apakah ada Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam berwasiat ? dia berkata : " tidak". Aku berkata," bagaimana mungkin orang – orang diwajibkan berwasiat sedangkan beliau tidak berwasiat ? dia berkata ," beliau berwasiat dengan kitabullah". Muttafaq alaih.

• Fadhilah Membaca Al Quran.
Dari Abu Umamah radhiyallahu `anhu , ia berkata : “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda : “Bacalah Al Qur’an karena di hari kiamat ia datang memberi syafaat pada orang yang membacanya. Bacalah Az Zahrawain, yaitu; surat Al Baqarah dan Ali Imran, nanti di hari kiamat kedua surat tersebut datang bagaikan dua gumpalan awan, atau bagaikan dua rombongan burung yang terbang membentangkan sayapnya , membela orang yang selalu membacanya, bacalah surat al Baqarah, karena membacanya membawa keberkahan, dan meninggalkannya adalah penyesalan, dan tukang sihir tidak mampu menyihir orang yang membacanya”. HR. Muslim.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu `anhu , ia berkata : “Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam bersabda : “ sukakah salah seorang kamu apabila kembali ke rumahnya mendapati tiga ekor unta gemuk besar yang sedang hamil ? kami berkata: tentu. Beliau bersabda," sesungguhnya tiga ayat yang yang dibaca saat shalat lebih baik baginya daripada tiga ekor unta gemuk besar yang sedang hamil". H.R. Muslim.

Dari Abdullah bin Amru r.a, dari Nabi SAW, ia bersabda : “Kelak akan dikatakan kepada orang yang mengamalkan Al Qur’an : “Bacalah sambil naik (tangga surga), dan bacalah dengan tartil seperti engkau membacanya dahulu di dunia dengan tartil karena sesungguhnya tempatmu di akhir ayat yang engkau baca”. HR. Abu Daud dan Tirmizi

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah swt dan mendirikan sembahyang dan menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengaan diam-diam dan terangterangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. Agar Allah swt menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari anugerah-Nya. Sesungguhnya Allah swt Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS Fathiir 35:29-30)
“Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al-Qur’an adalah seperti buah Utrujjah yang baunya harum dan rasanya enak. Perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an seperti buah kurma yang tidak berbau sedang rasanya enak dan manis. Perumpamaan orang munafik yang membaca Al-Qur’an adalah seperti raihanah yang baunya harum sedang rasanya pahit. Dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an adalah seperti hanzhalah yang tidak berbau sedang rasanya pahit.” (Riwayat Bukhari & Muslim)
“Barangsiapa membaca satu huruf Kitab Allah, maka dia mendapat pahala satu kebaikan sedangkan satu kebaikan dibalas sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim satu huruf, tetapi Alif, satu huruf dan Lam satu huruf serta Mim satu huruf.” (Riwayat At-Tirmidzi)

Rasulullah saw bersabda, Allah berfirman
“Barangsiapa disibukkan dengan mengkaji Al-Qur’an dan menyebut nama-Ku, sehingga tidak sempat meminta kepada-KU, maka Aku berikan kepadanya sebaik-baik pemberian yang Aku berikan kepada orang-orang yang meminta. Dan keutamaan kalam Allah atas perkataan lainnya adalah seperti, keutamaan Allah atas makhluk-Nya. (Riwayat Tirmidzi)
“Barangsiapa membaca Al-Qur’an dan mengamalkan isinya, Allah memakaikan pada kedua orang tuanya di hari kiamat suatu mahkota yang sinarnya lebih bagus dari pada sinar matahari di rumah-rumah di dunia. Maka bagaimana tanggapanmu terhadap orang yang mengamalkan ini.” (Riwayat Abu Dawud)
“Sebaik-baik kamu ialah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (Riwayat Al-Bukhari)
2.1.3 Nama-nama Al-Qur’an serta Dasar Pemberian Nama Al-Qur’an
Al-Quran merupakan Kalam Allah yang mengandung ayat-ayat Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibral untuk disampaikan kepada semua manusia. Al-Quran merupakan mukjizat yang paling agung yang telah mendapat jaminan dari Allah SWT akan kekal terpelihara.
Terdapat lebih daripada 10 nama Al-Quran dicatatkan oleh Allah dalam kitabNya. Nama-nama itu menepati ciri-ciri dan kriteria Al-Quran itu sendiri.

1. Al-Kitab (Kitab)
Perkataan Kitab di dalam bahasa Arab dengan baris tanwin di akhirnya (kitabun) memberikan makna umum yaitu sebuah kitab yang tidak tertentu. Apabila ditambah dengan alif dan lam di depannya menjadi (Al Kitab) ia telah berubah menjadi suatu yang khusus (kata nama tertentu). Dalam hubungan ini, nama lain bagi Al-Quran itu disebut oleh Allah adalah Al-Kitab
Kitab (al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya, (menjadi) petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (al-Baqarah: 2)

2. Al-Hudaa (Petunjuk)
Allah SWT telah menyatakan bahawa Al-Quran itu adalah petunjuk. Dalam satu ayat Allah menyatakan Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia (2:185) dan dalam satu ayat yang lain Allah nyatakan ia sebagai petunjuk bagi orang-orang betaqwa. (3:138 )
Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Quran, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil) … (al-Baqarah: 185)

3. Al-Furqan (Pembeda)
Allah SWT memberi nama lain bagi Al-Quran dengan Al-Furqan beerti Al-Quran sebagai pembeda antara yang haq dan yang batil. Mengenali Al-Quran maka kesannya sewajarnya dapat mengenal Al-Haq dan dapat membedakannya dengan kebatilan.
Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqan (Al-Quran) kepada hambaNya (Muhammad) … (al-Furqan: 1)

4. Ar-Rahmah (Rahmat)
Allah menamakan Al-Quran dengan rahmat kerana dengan Al-Quran ini akan melahirkan iman dan hikmah. Bagi manusia yang beriman dan berpegang kepada Al-Quran ini mereka akan mencari kebaikan dan cenderung kepada kebaikan tersebut.
Dan Kami turunkan dari Al-Quran (sesuatu) yang menjadi penawar serta rahmat bagi orang-orang yang beriman, sedangkan bagi orang-orang yang zalim (Al-Quran itu) hanya akan menambah kerugian. (al-Isra: 82)

5. An-Nuur (Cahaya)
Panduan yang Allah gariskan dalam Al-Quran menjadi cahaya dalam kehidupan dengan mengeluarkan manusia daripada thaghut kepada cahaya kebenaran, daripada kesesatan dan kejahilan kepada kebenaran ilmu, daripada perhambaan sesame manusia kepada mengabdikan diri semata-mata kepada Yang Maha Mencipta dan daripada kesempitan dunia kepada keluasan dunia dan akhirat.
Dengan kitab itulah Allah member petunjuk kepada orang yang mengikuti keredhaanNya ke jalan keselamatan, dan (dengan Kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang itu dari kegelapaan kepada cahaya dengan izinNya dan menunjukkan ke jalan yang lurus. (al-Maidah: 17)



6. Ar-Ruuh (Roh)
Allah SWT telah menamakan wahyu yang diturunkan kepada rasulNya sebagai roh. Sifat roh adalah menghidupkan sesuatu. Seperti jasad manusia tanpa roh akanmati, busuk dan tidak berguna. Dalam hubungan ini, menurut ulama, Al-Quran mampu menghidupkan hati-hati yang mati sehingga dekat dengan Penciptanya.
Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) Ruuh (Al-Quran) dengan perintah Kami, … (ash-Shura: 52)

7. Asy-Syifaa’ (Penawar)
Allah SWT telah mensifatkan bahawa Al-Quran yang diturunkan kepada umat manusia melalui perantara nabi Muhammad SAW sebagai penawar dan penyembuh. Bila disebut penawar tentu ada kaitannya dengan penyakit. Dalam tafsir Ibnu Kathir dinyatakan bahawa Al-Quran adalah penyembuh dari penyakit-pnyakit yang ada dalam hati manusia seperti syirik, sombong, bongkak, ragu dan sebagainya.
Wahai manusia! Sungguh, telah Kami datangkan kepadamu pelajaran (Al-Quran) dari Tuhanmu, penawar bagi penyakit yang ada di dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman. (Yunus: 57)

8. Al-Haq (Kebenaran)
Al-Quran dinamakan dengan Al-Haq kerana dari awal hingga akhirnya, kandungan Al-Quran adalah semuanya benar. Kebenaran ini adalah datang dari Allah yang mencipta manusia dan mangatur system hidup manusia dan Dia Maha Mengetahui segala-galanya. Oleh itu, ukuran dan pandangan dari Al-Quran adalah sesuatu yang sebenarnya mesti diikuti dan dijadikan priority yang paling utama dalam mempertimbangkan sesuatu.
Kebenaran itu dari Tuhanmu, maka janganlah sekali-kali engkau (Muhammad) termasuk orang-orang yang ragu. (al-Baqarah: 147)

9. Al-Bayaan (Keterangan)
Al-Quran adalah kitab yang menyatakan keterangan dan penjelasan kepada manusia tentang apa yang baik dan buruk untuk mereka. Menjelaskan antara yang haq dan yang batil, yang benar dan yang palsu, jalan yang lurus dan jalan yang sesat. Selain itu Al-Quran juga menerangkan kisah-kisah umat terdahulu yang pernah mengingkari perintah Allah lalu ditimpakan dengan berbagai azab yang tidak terduga.
Inilah (Al-Quran) suatu keterangan yang jelas untuk semua manusia, dan menjadi petunjuk kepada seta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. (al-Baqarah: 138)

10. Al-Mau’izhah (Pengajaran)
Al-Quran yang diturunkan oleh Allah adalah untuk kegunaan dan keperluan manusia, kerana manusia sentiasa memerlukan peringatan dan pelajaran yang akan membawa mereka kembali kepada tujuan penciptaan yang sebenarnya. Tanpa bahan-bahan pengajaran dan peringatan itu, manusia akan lalai dan alpa dari tugasnya karena manusia sering didorong oleh nafsu dan dihasut oleh syaitan dari mengingati dan mentaati suruhan Allah.
Dan sungguh Kami telah mudahkan Al-Quran untuk peringatan, maka adakah orang yang mahu mengambil pelajaran? (daripada Al-Quran ini).(al-Qamar: 22)

11. Adz-Dzikr (Pemberi Peringatan)
Allah SWT menyifatkan Al-Quran sebagai adz-dzikra (peringatan) kerana sebetulnya Al-Quran itu sentiasa memberikan peringatan kepada manusia krna sifat lupa yang tidak pernah lekang dari manusia. Manusia mudah lupa dalam berbagai hal, baik dalam hubungan dengan Allah, hubungan sesame manusia mahupun lupa terhadap tuntutan-tututan yang sepatutnya ditunaikan oleh manusia. Oleh itu golongan yang beriman dituntut agar sentiasa mendampingi Al-Quran. Selain sebagai ibadah, Al-Quran itu sentiasa memperingatkan kita kepada tanggungjawab kita.
Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan adz-zikra (Al-Quran) dan Kamilah yang akan menjaganya (Al-Quran). (al-Hijr: 9)

12. Al-Busyraa (Berita Gembira)
Al-Quran sering menceritakan kabar gembira bagi mereka yang beriman kepada Allah dan menjalani hidup menurut kehendak dan jalan yang telah diatur oleh Al-Quran. Khabar-khabar ini menyampaikan pengakhiran yang baik dan balasan yang menggembirakan bagi orang-orang yang patuh dengan intisari Al-Quran. Telalu banyak janji-janji gembira yang pasti dari Allah untuk mereka yang beriman dengan ayat-ayatNya.
Dan (ingatlah) pada hari (ketika) Kami bangkitkan setiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan engkau (Muhammad) menjadi saksi atas mereka. Dan Kami turunkan Kitab (Al-Quran) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu, sebagai petunjuk serta rahmat dan khabar gembira bagi orang yang berserah diri (muslim). (an-Nahl: 89)

2.2. Keagungan Al-Qur’an

2.2.1 Fungsi dan Kedudukan AlQur’an
A. Fungsi Al-Qur’an
1. Pengganti kedudukan kitab suci sebelumnya yang pernah diturunkan Allah SWT
2. Tuntunan serta hukum untuk menempuh kehidupan
3. Menjelaskan masalah-masalah yang pernah diperselisihkan oleh umat terdahulu
4. Sebagai Obat

Dan Kami turunkan dari Alquran suatu yang menjadi obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan (Alquran itu) tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”. (Al-Isra' (17): 82).

Petunjuk pada jalan yang lurus
Sesungguhnya Al-Qur'an ini memberi petunjuk pada jalan yang amat lurus. (Al-Isrâ (17) ayat 9.
B. Kedudukan Al Qur’an
1. Al-Qur’an Sebagai Sumber Hukum
Seluruh mazhab dalam Islam sepakat bahwa al-Qur’an adalah sumber hukum yang paling utama, dengan kata lain, al-Qur’an menempati posisi awal dari tertib sumber hukum dalam berhujjah. al-Qur’an dipandang sebagai sumber hukum yang utama dari sumber-sumber yang ada. Safi’ Hasan Abi Thalib menegaskan :
Al-Qur’an dipandang sebagai sumber utama bagi hعkum-hukum syari’at. Adapun sumber-sumber lainnya adalah sumber yang menyertai dan bahkan cabang dari al-Qur’an. Dan dari sini, jelas bahwa al-Qur’an menempati posisi utama dalam berargumentasi, tidak boleh pindah kepada yang lain kecuali apabila tidak ditemukan di dalamnya.
Berdasarkan penjelasan tersebut, jelaslah bahwa al-Qur’an adalah sumber hukum utama dalam ajaran Islam. Adapun sumber-sumber lainnya merupakan pelengkap dan cabang dari al-Qur’an, karena pada dasarnya sumber-sumber lain itu akan kembali kepada al-Qur’an. Al-Ghazali bahkan mengatakan , pada hakikatnya sumber hukum itu satu, yaitu firman Allah SWT. Sebab sabda Rasulullah bukanlah hukum, tetapi sabda beliau merupakan pemberitaan tentang bermacam-macam hukum Allah SWT.
Dari uraian di atas jelas bahwa al-Qur’an adalah wahyu Allah, menjadi sumber utama dalam melakukan istinbath hukum. Tidak seorang pun ulama dan umat Islam yang membantahnya.

2. Al-Qur’an Sebagai Minhajul Hayah (Pedoman Hidup)
Konsepsi inilah yang pada akhirnya dapat mengeluarkan umat manusia dari kejahiliyahan menuju cahaya Islam. Dari kondisi tidak bermoral menjadi memiliki moral yang sangat mulia. Dan sejarah telah membuktikan hal ini terjadi pada sahabat Rasulullah SAW. Sayid Qutub mengemukakan (1993 : 14) :
“Bahwa sebuah generasi telah terlahir dari da’wah ,yaitu generasi sahabat yang memiliki keistimewaan tersendiri dalam sejarah umat Islam, bahkan dalam sejarah umat manusia secara keseluruhan. Generasi seperti ini tidak muncul kedua kalinya ke atas dunia ini sebagaimana mereka… Meskipun tidak disangkal adanya beberapa individu yang dapat menyamai mereka, namun tidak sama sekali sejumlah besar sebagaimana sahabat dalam satu kurun waktu tertentu, sebagaiamana yang terjadi pada periode awal dari kehidupan da’wah ini…”
Cukuplah kesaksian Rasulullah SAW menjadi bukti kemulyaan mereka, manakala beliau mengatakan dalam sebuah haditsnya:
“Dari Imran bin Hushain ra, Rasulullah SAW bersabda: ‘Sebaik-baik kalian adalah generasi yang ada pada masaku (para sahabat) , kemudian generasi yang berikutnya (tabi’in), kemudian generasi yang berikutnya lagi (atba’ut tabiin). (HR. Bukhari)”
Imam Nawawi secara jelas mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan ‘generasi
pada masaku’ adalah sahabat Rasulullah SAW. Dalam hadits lain, Rasulullah SAW juga mengemukakan mengenai keutamaan sahabat:
Dari Abu Sa’id al-Khudri ra, Rasulullah SAW bersabda, ‘Janganlah kalian mencela sahabat-sahabatku.Karena sekiranya salah seorang diantara kalian menginfakkan emas sebesar gunung uhud, niscaya ia tidak akan dapat menyamai keimanan mereka, bahkan menyamai setengahnya pun tidak. (HR. Bukhari).
Sayid Qutub mengemukakan (1993 : 14 – 23) , terdapat tiga hal yang melatar belakangi para sahabat sehingga mereka dapat menjadi khairul qurun, yang tiada duanya di dunia ini. Secara ringkasnya adalah sebagai berikut: pertama, karena mereka menjadikan Al-Qur'an sebagai satu-satunya sumber petunjuk jalan, guna menjadi pegangan hidup mereka, dan mereka membuang jauh-jauh berbagai sumber lainnya. Kedua, ketika mereka membacanya, mereka tidak memiliki tujuan untuk tsaqofah, pengetahuan, menikmati keindahannya dan lain sebainya. Namun mereka membacanya hanya untuk mengimplementaikan apa yang diinginkan oleh Allah dalam kehidupan mereka. Ketiga, mereka membuang jauh-jauh segala hal yang berhubungan dengan masa lalu ketika jahiliah. Mereka memandang bahwa Islam merupakan titik tolak perubahan, yang sama sekali terpisah dengan masa lalu, baik yang bersifat pemikiran maupun budaya.
Dengan ketiga hal inilah, generasi sahabat muncul sebagai generasi terindah yang pernah terlahir ke dunia ini. Di sebabkan karena ‘ketotalitasan’ mereka ketika berinteraksi dengan Al-Qur’an, yang dilandasi sebuah keyakinan yang sangat mengakar dalam lubuk sanubari mereka yang teramat dalam, bahwa hanya Al-Qur’an lah satu-satunya pedoman hidup yang mampu mengantarkan manusia pada kebahagiaan hakiki baik di dunia maupun di akhirat.

2.2.2 Keindahan Al-Qur’an
Nilai seni dan keindahan merupakan salah satu daya tarik Al-Quran. Keindahan tersebut dapat disaksikan pada kefasihan bahasa, diskripsi, penggunaan kata kiasan, dan penyampaian alur cerita. Dengan kata lain, keindahan Al-Quran terlihat pada pesona ayat, keserasian dan irama setiap susunan kalimat, keluwesan setiap kalimat dan kejelasan pesan yang disampaikannya.
Pesona Al-Quran sudah ada semenjak awal penurunannya. Hal itu membuat orang kafir pun tidak tahan ketika mendengar bacaan Al-Quran. Sebagian dari musyrikin menutup telinga mereka supaya tidak terpengaruh bacaan Al-Quran. Meskipun demikian, pesan Al-Quran tersebar luas dalam waktu singkat. Saat ini pun, pesona Al-Quran menarik setiap hati pendengarnya, seperti diawal penurunannya.
Al-Quran adalah Kitab abadi Allah SWT yang diturunkan dari Lauh Mahfuz ke hati Rasulullah saw. Al-Quran kemudian disusun dalam bentuk susunan kalimat dan ayat serta di bukukan menjadi sebuah kitab. Ajaran-ajaran kitab samawi ini sangat dalam dan universal. Berbagai rumusan penting seperti cara hidup yang ideal, keselarasan hubungan sosial, politik dan prinsip yang benar soal kepemimpinan diilhami dari Al-Quran. Kitab ini juga banyak mengungkap undang-undang dan rumus serta teori yang menakjubkan soal penciptaan dunia. Kitab samawi ini adalah mukjizat yang abadi dan memuat sistem serta program yang sistematis untuk kebahagiaan umat manusia
Al-Quran adalah khazanah ilmu Allah SWT, sumber hukum Tuhan, memuat nasib umat terdahulu, sekarang dan akan datang, memuat rahasia kematian dan kiamat serta terdiri dari ayat muhkam (jelas) dan mutsyabih (perlu penafsiran). Qur’an adalah neraca keadilan dan mempunyai dua tujuan ketika diturunkan. Tujuan pertama, upaya penyadaran dan pendidikan serta pensucian manusia dan akhirnya menunjukkan mereka jalan kesempurnaan. Tujuan kedua, membentuk masyarakat adil dalam upaya menggapai kehidupan yang bahagia. Dua tujuan ini adalah tujuan tertinggi Al-Quran atau lebih tepatnya shirat al mustaqim."
Bahwa saat ini pelaku semua kekacauan, kezaliman dan sumber penderitaan adalah orang-orang jauh yang dari Tuhan, Al-Quran dan kebenaran serta terjebak oleh perangkap syaitan, "Lihatlah para rezim di dunia, apakah nampak pada mereka kelembutan, kasih sayang, keadilan dan hormat pada hak-hak manusia? Sebaliknya, yang terlihat adalah aksi penghancurkan hak-hak manusia, penyelewengan, agresi dan tipu daya, penawar dari derita manusia adalah membaca, merenungkan dan mengamalkan Al-Quran. Ditambahkannya pula, pesan Al-Quran adalan universal dan obat serta petunjuk bagi semua kalangan.
Al-Quran adalah tali Allah dan bukti nyata dari ayat berpegang teguhlah dengan tali Allah dan janganlah bercerai berai, oleh karenanya kita harus berpegang teguh dengan Al-Quran
Al-Quran adalah ibarat sebuah cermin yang memungkinkan kita melihat potret Islam sebenarnya. Al-Quran juga sebuah neraca untuk menghindari ekstrimisme. Asas mayarakat Islami yang ideal harus dicari di Al-Quran. Semua ide sebagimana pun adilnya, jika tidak berasaskan Al-Quran akan terjadi penyelewengan. Dan akhirnya, Al-Quran adalah pedoman hidup"



2.3. Kemukjizatan Al-Qur’an

2.3.1 AI-Quran, Sebuah Kitab Universal
Al-Quran tidak mengkhususkan pembicaraannya kepada bangsa tertentu, seperti bangsa Arab, dan kelompok tertentu, seperti kaum Muslimin. Tetapi ia berbicara kepada bukan Muslim amaupun Muslim (bukti untuk hal ini adalah banyak titah dan hujah dalam banyak ayat Al-Quran, sehingga tak perlu lagi kami kutipkan di sini), termasuk orang-orang kafir, musyrik, Ahlul Kitab, Yahudi, Bani Israil dan Nasrani. AI-Quran menghujah setiap kelompok ini dan mengajak mereka untuk menenma ajaran-jarannya yang benar.
AI-Quran juga menyeru setiap kelompok ini melalui hujah-hujah dan penalaran. Ia tidak pernah mengkhususkan pembicaraannya kepada bangsa Arab saja. Mengenai para penyembah berhala, ia berkata:



"Apabila mereka bertobat, mendirikan salat dan membayarkan zakat, maka mereka menjadi saudaramu dalam agama." (QS 9:11)

Dan mengenai Ahlul Kitab,1) ia berkata:



"Katakanlah: 'Wahai Ahlul Kitab, marilah menuju kepada keputusan yang sama antara kami dan kamu. Hendaklah kita tidak menyembah kecuali Allah, tidak menyekutukan-Nya, dan sebagian kita tidak menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah. (QS 3:64)

Kita melihat bahwa Al-Quran tidak berbicara dengan kata-kata "apabila orang-orang musyrik Arab bertobat" atau "wahai Ahlul Kitab Arab." Memang, dalam permulaan Islam - ketika dakwah Islam belum tersebar dan keluar dari wilayah Jazirah Arab - pembicaraan-pembicaraan Al-Quran ditujukan kepada bangsa Arab. Namun, sejak tahun keenam Hijrah, setelah dakwah Islam tersebar sampai di luar Jazirah Arab, tidak ada lagi alasan untuk pengkhususan. Di samping ayat-ayat tadi, ada ayat-ayat lain yang menunjukkan universalitas dakwah Islam, seperti firman Allah:



Al-Quran ini diwahyukan kepadaku agar dengannya aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang yang Al-Quran sampai kepadanya." (QS 6:19)



Al-Quran iiu tiada lain hanyalah peringatan bagi seluruh alam (bangsa)." (QS 68:52)



"Sesungguhnya Al-Quran itu adalah peringatan bagi seluruh alam (bangsa)." (QS. 38:87)



"Sesungguhnya ia (neraka) adalah salah satu bencana yang amat besar, sebagai ancaman bagi manusia. " (QS 74:35-36)

Dari kenyataan-kenyataan sejarah kita mengetahui banyak penyembah berhala, orang Yahudi, Nasrani, dan orang-orang dari bangsa-bangsa non-Arab yang memenuhi panggilan Islam, seperti Salman dari Persia, Sahib dari Romawi, Bilal dari Ethiopia dan lain-lain.


2.3.2 Al-Quran, Sebuah Kitab yang Sempurna
Al-Quran memuat dan menerangkan tujuan puncak umat manusia dengan bukti-bukti kuat dan sempurna Dan tujuan itu akan dapat dicapai dengan pandangan realistik terhadap alam, dan dengan melaksanakan pokok-pokok akhlak dan hukum-hukum perbuatan. Al-Quran menggambarkan tujuan ini secara sempurna. Allah berfirman:



"Menunjukkan kepada kebenaran dan jalan yang lurus." (QS 46:30)

Di tempat lain, setelah menyebutkan Taurat dan Injil, Allah berfirman:



"Kami tusunkan Al-Quran kepadamu dengan membawa kebenaran, untuk membenarkan dan mengoreksi kitab yang sebelumnya. " (QS 5:48)

Mengenai bahwa AI-Quran mengandung pokok syariat para Nabi, Allah berfirman:



"Dia mensyariatkan kepadamu agama yang telah diwasiatkan�Nya kepada Nuh, dan yang Kami wahyukan kepadamu, dan agama yang telah diwasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa." (QS 42: 13)

Mengenai bahwa Al-Quran meliputi segala sesuatu, Allah berfirman:



"Kami menurunkan Al-Quran kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu." (QS 16:89)

Kesimpulan dari ayat-ayat tadi ialah bahwa Al-Quran mengandung kebenaran-kebenaran sebagaimana telah dijelaskan dalam kitab-kitab samawi yang lain, disertai beberapa tambahan, dan di dalamnya terdapat segala sesuatu yang dibutuhkan manusia dalam perjalanannya menuju kebahagiaan yang diinginkannya, termasuk dasar-dasar akidah dan perbuatan.




2.3.3 AI-Quran, Sebuah Kitab yang Abadi
Pembahasan yang lalu menegaskan bahwa Al-Quran adalah sebuah kitab yang abadi di sepanjang zaman. Karena bila suatu perkataan sepenuhnya benar dan sempurna, maka tidak mungkin ia terbatas oleh zaman. Al-Quran telah menegaskan kesempurnaan perkataannya:



"Sesungguhnya Al-Quran itu benar-benar perkataan yang pasti, dan bukan merupakan permainan." (QS 86:13-14)

Demikianlah, pengetahuan yang benar itu merupakan hakikat kebenaran. Dasar-dasar akhlak dan hukum-hukum perbuatan yang dijelaskan Al-Quran merupakan hasil dari kebenaran-kebenaran yang telah mapan, tidak akan terjamah kebatilan, serta tak akan musnah di sepanjang zaman. Allah berfirman:



"Dengan kebenaran, Kami menurunkan Al-Quran, dan dengan membawa kebenaran ia turun." (QS 17:105)



"Sesudah kebenaran tidak ada lain kecuali kesesatan." (QS 10:32)



"Sesungguhnya Al-Quran itu adalah sebuah kitab yang mulia dan tidak akan didatangi kebatilan, baik dari depan maupun dari belakang." (QS 41:41-42)

Tidak diragukan lagi bahwa telah banyak pembahasan ditulis tentang hukum-hukum Al-Quran yang tetap, abadi dan tidak khusus untuk suatu waktu. Hanya saja hal itu di luar tema pembahasan kami yang berupaya mengetahui kedudukan Al-Quran bagi kaum Muslimin sebagaimana dipaparkan oleh AI-Quran itu sendiri.

2.3.4 Al-Quran Mandiri dalam Penalarannya
AI-Quran menggunakan suatu bahasa yang, seperti semua bahasa manusia, memaparkan secara jelas makna-makna yang di�maksudkannya dan konsep-konsep yang diinginkannya, serta tidak ada kesamaran di dalamnya bagi orang-orang yang mendengarkan penalarannya. Tidak ada bukti bahwa maksud AI-Quran tidak seperti arti kata-kata Arabnya. Bukti bahwa Al-Quran itu sederha�na dan jelas ialah bahwa setiap orang yang mengetahui bahasa Arab dapat mengetahui makna ayat-ayatnya persis sebagaimana ia mengetahui makna setiap perkataan Arab. Di samping itu, kami menemukan dalam banyak ayat titah-titah yang ditujukan kepada kelompok tertentu seperti Bani Israil, orang-orang beriman atau kafir. Dan dalam beberapa ayat, Al-Quran bertitah kepada seluruh manusia,1) menghujah dan menantang mereka untuk mendatangkan yang menyamai AI-Quran, jika mereka meragukan bahwa Al-Quran datang dari sisi Allah. Tentu tidak dapat dibenarkan berbicara kepada manusia dengan kata-kata yang tidak bisa dipahami maknanya dengan jelas oleh mereka. Tidak dibenarkan pula mengajukan tantangan kepada mereka dengan sesuatu yang tidak di�pahami maknanya oleh mereka. Allah berfirman:



"Tidakkah mereka merenungkan Al-Quran, ataukah hati mereka tertutup." (QS 47:24)



Tidakkah mereka merenungkan Al-Quran? Seandainya ia datang dari sisi selain Allah, tentu mereka menemukan banyak pertentangan di dalamnya." (QS 4:82)

Dua ayat ini menunjukkan keharusan merenungkan (memahami) Al-Quran, Perenungan terhadap Al-Quran akan dapat menghilangkan gambaran yang sepintas lalu ayat-ayatnya tampak saling bertentangan. Bila maksud ayat-ayat itu tidak jelas, tentu saja perintah untuk merenungkan dan memikirkan Al-Quran itu merupakan sesuatu yang sia-sia. Begitu pula, tidak akan ada tempat untuk menganalisis pertentangan-pertentangan lahiriah antarayat dengan jalan merenungkan dan memikirkan.
Adapun pemyataan bahwa tidak ada alasan atau sebab lahiriah untuk menafikan makna-makna lahiriah Al-Quran, sebagaimana telah kami sebutkan, karena tidak adanya dalil untuk hal itu selain persangkaan sebagian orang bahwa kita - dalam memahami maksud-maksud Al-Quran - harus merujuk kepada hadis Rasulullah s.a.w. atau Ahlul Bait-nya a.s. Ini merupakan suatu persangkaan kosong dan tidak dapat diterima, karena sabda-sabda Rasulullah s.a.w. dan para Imam a.s. itu sendiri harus disimpulkan dari Al-Quran. Maka bagaimana mungkin menggantungkan makna-makna lahiriah AI-Quran kepada sabda mereka? Bahkan dapat kami tambahkan bahwa dasar kenabian dan imamah diberikan oleh Al-Quran.
Apa yang telah kami sebutkan ini tidak bertentangan dengan kenyataan bahwa Rasulullah dan para Imam ditugaskan untuk menjelaskan perincian undang-undang dan hukum-hukum Allah (syariat) yang tidak terdapat dalam arti-arti lahiriah Al-Quran, disamping menjadi pembimbing untuk memahami pengetahuan-pengetahuan Kitab Suci ini, sebagaimana tampak dari ayat-ayat berikut ini:



"Kami menurunkan AI-Quran kepadamu agar engkau menjelaskan kepada manusia apa ynng telah diturunkan kepada mereka." (QS 16:44)



"Apa yang dibawa oleh Rasulullah, ambillah, dan apa yang kamu dilarang olehnya, tinggalkanlah." (QS 59:7)



"Kami tidak mengutus seorang Rasul pun kecuali agar ditaati dengan izin Allah." (QS 4:64)



"Dialah yang mengutus kepada orang-orang yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka, dan mengajarkan Al-Quran dan hikmah kepada mereka." (QS 62:2)

Yang dapat dipahami dari ayat-ayaf ini ialah bahwa Nabi Muhammad s.a.w. adalah orang yang menjelaskan bagian-bagian dan perincian syariat, dan dialah yang diajari tentang Al-Quran oleh Allah. Dan pernyataan hadits tsaqalain menunjukkan bahwa para Imam adalah pengganti Rasulullah dalam hal itu. Ini tidak menafikan dapat diketahuinya maksud Al-Quran melalui arti-arti lahirnya oleh sebagian orang yang menjadi murid guiu-guru sejati.

2.3.5 Al-Quran Mempunyai Arti Lahir dan Batin

Allah berfirman:



"Sembahlah Allah, dan jangan menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun." (QS 4:36)

Arti lahir ayat ini menunjukkan bahwa ayat tersebut melarang menyembah berhala, seperti ditunjukkan dalam firman Allah:



"Jauhilah berhala-berhala yang najis itu." (QS 22:30)

Tetapi, setelah merenungkan dan menganalisis, maka jelas bahwa alasan pelarangan menyembah berhala itu ialah karena penyembahan semacam itu merupakan bentuk kepatuhan kepada selain Allah. Hal ini tidak hanya berupa penyembahan kepada berhala saja, tetapi juga menaati setan, sebagaimana firman-Nya:



"Bukankah Kami telah memerintahkanmu, hai Bani Adam, agar kamu tidak menyembah setan." (QS 36:60)

Analisis lain menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara ketaatan kepada diri dan ketaatan kepada yanglain,karena meng�ikuti hawa nafsu merupakan penyembahan kepada selain Allah, sebagaimana diisyaratkan oleh firman Allah:



"Tidakkah engkau mengetahui orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya." (QS 45:23)

Dengan analisis lebih cermat, tahulah kita tentang keharusan untuk tidak berpaling kepada selain Allah, karena berpaling kepada selain-Nya itu berarti mengakui kemandiriannya dan tunduk kepadanya. Inilah yang dinamakan menyembah dan taat itu. Allah berfirman:



"Sesungguhnya telah Kami ciptakan banyak manusia dan jin. Mereka adalah orang-orang yang lupa." (QS 7:179)

Sepintas kilas ayat janganlah kamu menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun" menunjukkan bahwa berhala-berhala tidak boleh disembah. Namun suatu pandangan Iebih mendalam menunjukkan larangan untuk mengikuti hawa nafsu. Jika pandangan itu diperluas lagi, maka akan tampak larangan melupakan Allah dan berpaling kepada selain-Nya.
Penahapan ini, pertama tampak makna awal dari suatu ayat, kemudian tampak makna yang lebih luas daripada yang pertama dan begitu seterusnya, berlaku pada semua ayat AI-Quran.
Dengan merenungkan masalah ini, maka jelaslah makna hadis yang diriwayatkan dalam buku-buku hadis dan tafsir:



"Sesungguhnya Al-Quran mempunyai arti lahir dan batin. Dan batinnya terdiri atas satu sampai tujuh batin. "1)

Atas dasar inilah AI-Quran mempunyai makna lahir (zhahr) dan batin (bathn), dan kedua makna tersebut sama-sama merupakan maksud. Hanya saja keduanya terjadi secara memanjang, tidak melebar, karena maksud makna lahir tidak menafikan maksud makna batin, dan maksud makna batin tidak menafikan maksud makna lahir.


BAB. III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dari pembahasan yang dipaparkan penulis di dapat sebuah kesimpulan bahwa Al-Qur’an merupakan kalam Allah yang bernilai mukjizat, yang diturunkan kepada “pungkasan” para nabi dan Rasul-Nya, yang memiliki nama-nama yang agung serta memiliki keutamaan-keutamaan dalam pengamalannya.Selain itu, Al-Qur’an juga mengandung banyak pengetahuan-pengetahuan, karena Al-Qur’an memiliki fungsi dan kedudukan yang mulia, yaitu sebagai pedoman hidup bagi umat manusia. Keindahan Nilai seni dalam Al-Quran juga merupakan salah satu daya tarik Al-Quran. Keindahan tersebut dapat disaksikan pada kefasihan bahasa, diskripsi, penggunaan kata kiasan, dan penyampaian alur cerita. Suatu kemukjizatan Al-Qur’an merupakan pelengkap keagungan Al-Qur’an yang tidak akan pernah pudar karena keuniversalan , keabadian, dan kesempurnaan Al-Qur’an yang memiliki arti lahir dan batin serta mandiri dalam penalarannya. Hal ini sengaja diturunkan oleh Allah SWT untuk digunakan umat manusia sebagai pedoman hidup umat manusia dalam mengarungi kehidupan yang fana ini agar selamat dunia akhirat.

3.2. Saran
Adapun saran–saran yang diberikan penulis kepada pembaca yaitu sebagai berikut.
1. Agar menjauhi sebuah pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan Al-Qur’an.
2. Menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup dalam menjalani kehidupan di dunia yang fana ini agar selamat dunia akhirat.



Daftar Pustaka


• Ash-Shabuni,Muhammad Ali.1998.Ikhtisar Ulumul Qur’an Praktis.Jakarta: Pustaka
Amani.
• Djamas, Nurhayati.2000.Pendidikan Agama Islam untuk Siswa Kelas II.Jakarta: Departemen Agama RI.
• Thabathaba’I, Allamah M.H.1997.Mengungkap Rahasia Al-Qur’an.Bandung:Mizan.

0 komentar: